Tuesday, December 6, 2016

Malaikat Kecil

Kisah nyata,
Yu Yuan Gadis Kecil Berhati Malaikat, yang berjuang hidup dari
Leukimia Ganas. Setelah merasa tidak dapat disembuhkan lagi, ia
rela melepaskan segala-galanya dan menyumbangkan untuk
anak-anak lain yang masih punya harapan. Sungguh .. tak habis
kata-kata untuk Yu Yuan. Terima kasih telah memberikan contoh
mulia kepada kami…
Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya dia
telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang
didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dan
membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan
kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi
kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.
Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua
kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang
mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat
tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin
Zhen Yun Ya Chun Er Cu.
Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan
hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin
tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.
Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat
dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan
rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang
sedang kedinginanPada saat menemukan anak ini, di dadanya
terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12. Melihat
anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai
melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang
memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal.
Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan
menghela nafas dan berkata, “saya makan apa, maka kamu juga
ikut apa yang saya makan”. Kemudian papanya memberikan dia
nama Yu Yuan.
Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang
membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu
membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi
tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini
tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat
penurut dan sangat patuh.
Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar
serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering
memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-
sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan
dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan pelan tumbuh dewasa.
Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai
dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan
pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong
rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda
dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang
tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini
hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia
harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh
membuat papa menjadi sedih dan marah. Pada saat dia masuk
sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat
belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat
papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya.
Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi
untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya di
ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan
mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.
Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan
bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki
mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat
berbahagia.
Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan.
Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia
menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah
yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak
bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya
membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi
sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan
tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan bintik-bintik
merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa
Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit,
Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang.
Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk
menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan
air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya
merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil
untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak
sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh
berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.
Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan
untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu
Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut
sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000$.
Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di
ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan
anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang kesanak saudara
dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit.
Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual
rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena
rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa
menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya yang sedih
dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa
sedih.
Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun
mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin
mati”. Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan,
“Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati”. “Saya adalah
anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak
berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar
dari rumah sakit ini.”
Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak
mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan
perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur
segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya
sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak
kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua
permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan
berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya : “Setelah saya tidak ada,
kalau papa merindukan saya lihatlah melihat foto ini”.
Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke
kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih
baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna
putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak
rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah
studio foto. Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan
pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum.
Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak
bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan
karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar
Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang
lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.
Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan
Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah
Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun
mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar
keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah
oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu
Negara bahkan sampai keseluruh dunia.
Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana
bagi anak ini”. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang
sangat kuat bagi setiap orang. Hanya dalam waktu sepuluh hari,
dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah
mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi.
Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih
semua orang. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana
dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun
telah tersedia dan para dokter ada untuk mengobati Yu Yuan.
gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang
menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di-email
bahkan menulis: “Yu Yuan anakku yang tercinta saya
mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya
mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu
bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta.”
Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan
dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota.
Dana yang sudah terkumpul, membuat memiliki harapan dan
alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya pengobatan
dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia
berobat. Yu Yuan kemudian di ranjang untuk diinfus. Ketegaran
anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya menangani
dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan
mendatangkan sesuatu yang sangat hebat. Pada permulaan terapi
YuYuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan mengeluh.
Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang
belakang, ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak
menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air
mata. Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut menjemput
pernah mendapat kasih sayang seorang ibu.
Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu menjadi anak
perempuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.
Hari dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu
memanggil dengan sebutan Shii Mama Pertama kalinya
mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan
tersenyum dan menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang
mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana
Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang
untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak kabar Yu email Selama dua
bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos
sembilan maut Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan
selalu selamat dari bencana. Akhirnya darah dari tubuh Yu Yuan
sudah bisa terkontrol.
Semua orang-orang pun menunggu kabar baik kesembuhan Yu
Yuan. Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi
sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak
leukemia yang lain. Fisik Yu lemah setelah melewati operasi
tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.
Pada tanggal 20 agustus Yuan bertanya kepada wartawan Fu
Yuan: “Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?
Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut.
Wartawan tersebut menjawab ; semua adalah orang yang baik
hati”.
Yu Yuan kemudian berkata : “Tante, saya juga mau jadi orang
yang baik hati”.
Wartawan itupun menjawab, “Kamu memang orang yang baik.
Orang baik saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin
baik”.
Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan
diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya”.
Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut
ternyata Yuan telah menyiapkan pemakamannya sendiri. Ini anak
yang berumur delapan tahun yang sedang sebuah wasiat dibagi
menjadi bagian dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri
dengan selamat tante Fu Yuan.
Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih
sembilan wartawan. Dibelakang ada enam sebutan dan ini adalah
kata setelah Yu Yuan meninggal Tolong,….. ..dia juga ingin
menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang
memperhatikan dia lewat surat kabar. “Sampai tante berjumpa lagi
dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana
pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini
pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya
pengobatan orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka
lekas sembuh” Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa
menahan tangis yang membasahi pipinya.
Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata
yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, karena
pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa
makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup.
Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie
instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di
pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun
secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus
dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang
sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis.
Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi
tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita
karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang.
Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat
kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi ke
dunia lain.
Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan
menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan
ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang
ditumupuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata
dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil
diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah.. ……… ….”
demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.
Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat
hujan gerimis. Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri
dan menangis mengantar Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu
Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu
Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan
pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari
berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu
Yuan. Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang
sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang
dan aku sangat patuh (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan
dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan.
Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima
kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan
menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu. Sesuai pesan dari Yu
Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada
anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima
bantuan Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu,
Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini
semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-
anak miskin yang berjuang melawan kematian. Pada tanggal 24
September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan
di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi.
Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak
tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda,
terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas
sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan
mengukirnya dengan kata-kata “Aku pernah datang dan aku
sangat patuh”. Kesimpulan: Demikianlah sebuah kisah yang sangat
menggugah hati kita. Seorang anak kecil yang berjuang bertahan
hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang
dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya
kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar
biasa dari kalangan Dunia. Walaupun hidup serba kekurangan,
Dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh
yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama,
berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit
kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan.

No comments:

Post a Comment