Tuesday, January 3, 2017

Jogja dan sejarah kepahlawanannya

Sejarah Jogja adalah sejarah kepahlawanan. Ada banyak pahlawan negeri ini yang lahir di Jogja dan mempunyai peran besar bagi proses berdirinya Republik Indonesia.

Sebut saja, Sultan Agung. Raja Kerajaan Mataram ini disebut-sebut sebagai raja terbesar kala itu. Pada tahun 1628, Sultan Agung menyerang VOC di Batavia. Namun, naas serangan itu gagal. DIa tidak menyerah. Tahun berikutnya, 1629, Sultan Agung menyerang lagi dengan harapan meraih kemenangan. Sayangnya takdir berkata lain, serangannya kembali menemui kegagalan.

Selanjutnya ada Mangkubumi, yang kemudian bergelar Hamengku Buwono I dan merupakan peletak dasar Jogja. Dia dikenal sebagai pemimpin yang memiliki keahlian dalam strategi berperang dan juga seorang arsitek. Hamengku Buwono I inilah yang meletakkan dasar-dasar filosofi tata ruang dan arsitektur keraton Jogja.

Hamengku Buwono I menghembuskan napas terakhirnya dan meninggal dunia pada tanggal 24 Maret 1792. Karena kegigihannya melawan penjajah asing di masanya, Belanda, Sri Sultan Hamengkubuwono I ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 10 November 2006.

Selepas Hamengku Buwono I, darah perjuangan tak luntur. Jogja kembali melahirkan para pejuang yang berperang dengan gagah berani bersama rakyat melawan penjajah.

Ada Pangeran Diponegoro. Yang menggelorakan perang Jawa pada tahun 1825 sampai 1830. Perang yang dikenal sebagai Perang Jawa ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara, melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock.

Dari tokoh-tokoh Keraton itulah maka keraton dan kawula Jogja adalah hasil dan simbol perjuangan.

Sejarah Jogja adalah sejarah perjuangan mencerdaskan anak bangsa.

Ada KH Ahmad Dahlan dengan gerakan Muhammadiyahnya yang masih aktif hingga saat ini. Tahun 1912, KH Ahmad Dahlan mulai membangkitkan kesadaran rakyat akan pentingnya pembaharuan Islam dan pendidikan. KH. Ahmad Dahlan mempelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

Selain itu, dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam. Pun lewat Aisyiyah, Muhammadiyah telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

Ada Wahidin Soedirohusodo. Dialah yang memberikan inspirasi bagi gerakan Boedi Oetomo.  Dialah penggagas berdirinya organisasi yang didirikan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta itu.Yang dikemudian hari ditetapkan oleh pemerintah sebagai penanda kebangkitan nasional.

Ada Ki Hajar Dewantara. Dia adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Dia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Kini, tanggal kelahirannya 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Sejarah Jogja adalah sejarah pertempuran merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Ada pertempuran Kotabaru. Yang berlangsung pada tanggal 7 Oktober 1945. Para pejuang menyerbu markas Jepang di Kotabaru dan berhasil merebut senjata. Yang akhirnya memberikan semangat perjuangan untuk melucuti senjata tentara Jepang. Nama-nama prajurit yang gugur dalam pertempuran ini kemudian diabadikan sebagai nama jalan di Kotabaru.

Ada pertempuran Serangan Umum 1 Maret 1949. Ini adalah serangan yang dilancarkan besar-besaran terhadap kota Yogya. Sebagai penanda dan bukti bahwa Republik Indonesia masih ada. Bahwa republik belum dikalahkan oleh pasukan belanda. Pertempuran ini memperkuat posisi pemerintah Indonesia dalam perundingan internasional.

Sejarah Jogja adalah sejarah penyelamat republik.

Dibawah kepeimpinan Sultan Hamengku Buwono IX, Jogja tampil sebagai penyelamat republik. Hamengku Buwono IX pada awal kemerdekaan mengeluarkan maklumat yang berisi dukungan kepada pemerintah Republik Indonesia yang baru lahir. Sejarah mencatat bahwa Sultan Hamengku Buwono IX tetap setia pada Indonesia. Dukungan Hamengku Buwono IX begitu total, bahkan sampai urusan finansial.

Tanggal 2 Januari 1946, Hamengku Buwono IX menyarankan kepada Presiden agar Ibukota dipindah ke Jogja. Ini dilakukan karena di Jakarta para pimpinan negara diburu oleh tentara Belanda.

Beberapa hari kemudian Bung Karno, Bung Hatta, serta jajaran petinggi negara lainnya pindah ke Jogja. Pada saat-saat krusial dan genting itulah Jogja hadir untuk menyelamatkan republik.

Sejarah Jogja adalah sejarah kepahlawanan. Masih banyak nama-nama yang menyandang gelar pahlawan dari Jogja, dan lebih banyak lagi yang namanya tidak dikenal namun jasa-jasanya sangat berarti hingga kini.
Jogja Istimewa untuk Indonesia.

No comments:

Post a Comment