Saturday, November 26, 2016

Koin membawa berkat

Sebuah cerita yang sangat menginspirasi dari seorang teman...

Pada 15 tahun lalu, saya ditugaskan oleh perusahaan ke sebuah kota untuk berbicara bisnis dengan orang, sehabis urusan bisnis, saya pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa suvenir bagi rekan sekantor. Biasanya, ketika pergi ke pusat perbelanjaan, saya suka membawa beberapa uang koin, karena kadang-kadang ada pengemis di sekitar pusat perbelanjaan dan saya biasanya merasa lebih nyaman kalau ada memberikan satu atau dua buah uang koin. Hari itu juga sama, dalam saku saya tetap ada beberapa uang koin, jadi saya memberikan sepuluhan uang koin kepada sekelompok anak-anak pengemis yang meminta sedekah di sana. Pada saat itu, saya melihat ada seorang anak yang sedang menatap pada saya sambil mengangkat sebuah papan, tak diragukan lagi kalu ia ingin mendapatkan perhatian saya. Saya pergi ke arahnya dan menemukan kalau usianya sekitar 13 tahun, pakaiannya sudah lusuh namun terlihat bersih, rambutnya juga tersisir rapi. Ia tidak seperti anak lainnya yang memegang cawan keramik di tangan, melainkan membawa sebuah papan yang pada satu sisi bergambar seorang anak lelaki yang sedang menyemir sepatu dan pada sisi lainnya bertuliskan: “Saya membutuhkan satu kotak alat semir sepatu.”

Saat itu, kebetulan saya sedang melakukan bisnis investasi, karena masih ada waktu, saya lalu bertanya pada anak itu berapa jumlah uang yang dibutuhkannya, anak itu menjawab: “125 dolar.”

Saya menggelengkan kepala dan menyampaikan kalau kotak semir yang diinginkannya terlalu mahal. Anak lelaki itu menjawab tidak mahal, juga dikatakannya kalau ia telah empat kali berkunjung ke pasar grosir untuk mengeceknya, jika ingin membeli kotak khusus, bangku, minyak pembersih, sikat lembut dan selusin minyak semir sepatu, kalau tidak ada 125 dolar adalah sulit untuk mendapatkannya. Anak lelaki itu membicarakannya dengan teratur dengan dialek daerahnya.

Saya bertanya kepadanya berapa banyak uang yang sekarang ada di tangannya, tanpa berpikir sedikit pun anak itu menjawab kalau sekarang sudah ada 35 dolar dan masih kurang 90 dolar. Saya menatap anak itu dengan seksama, setelah yakin bahwa dirinya bukan seorang penipu, saya lalu mengambil dompet dan mengeluarkan 90 dolar, saya katakan: “90 dolar ini untukmu, anggap saja sebagai investasiku. Tapi ada satu syarat, sejak engkau menerima uang ini, maka kita adalah mitra usaha. Saya akan tinggal di kota ini selama 5 hari, dalam 5 hari ini, selain engkau harus mengembalikan 90 dolar kepadaku, juga harus ditambah dengan bunga pinjaman sebanyak 1 dolar. Jika engkau setuju pada persyaratan ini, maka 90 dolar ini menjadi milikmu.”

Anak lelaki itu menatapku dengan senang dan segera menyetujui persyaratanku. Anak lelaki itu juga mengatakan padaku bahwa ia sekarang duduk di kelas 6 SD, setiap minggu hanya masuk sekolah tiga hari, sedangkan pada hari-hari lainnya, ia harus menggembala sapi dan domba, serta membantu ibunya bertani, tapi nilai sekolahnya tidak pernah bergeser dari tiga besar, jadi ia adalah anak yang hebat. Saya bertanya padanya mengapa ia ingin membeli sebuah kotak semir, ia menjawab: “Karena keluargaku miskin, maka saya ingin memanfaatkan liburan musim panas ini untuk memperoleh uang sekolah.”

Saya menatapnya dengan pandangan mata penuh apresiasi, kemudian menemaninya ke pasar grosir untuk membeli kotak semir dan berbagai peralatan semir sepatu lainnya. Anak lelaki itu membawa kotak semir dan bersiap-siap untuk membuka stan di depan pintu masuk pusat perbelanjaan. Saya menggelengkan kepala dan berkata: “Sebagai mitra usahamu, agar supaya modalku bisa kembali, saya wajib mengingatkanmu agar memilih tempat usaha yang tepat. Dalam pusat perbelanjaan ada mesin semir sepatu gratis dan semua orang tahu itu.” Anak lelaki itu lalu berpikir dengan serius dan bertanya: “Bagaimana kalau hotel di seberang?” Saya berpikir: “Ini adalah sebuah kota tujuan wisata, setiap hari tentu ada banyak turis yang menginap di hotel itu, setelah capek dalam perjalanan seharian, keesokan harinya ketika akan berangkat, mereka pasti membutuhkan bantuan untuk menyemir sepatu mereka agar bersih.” Terpikir akan itu, saya pun setuju akan usulnya.

Jadi, anak itu kemudian mencari tempat di dekat pintu masuk hotel, ia menaruh kotak semir di posisi agak jauh dari pintu masuk, setelah melihat tidak ada orang di sekitar, ia berkata kepada saya: “Mengapa tidak membiarkan saya membayar bunga pinjaman satu dolar sekarang? Anda juga harus tahu akan mutu pelayanan saya.” Saya pun berkata: “Busyet!” sambil tertawa, anak ini sungguh cerdas, ia ingin menyemir sepatuku dan membayar bunga pinjaman satu dolar dengan ongkos semirnya. Saya kagum pada kecerdikannya dan duduk di bangku semirnya, saya katakan: “Jika engkau menyemir sepatuku kurang bagus, itu membuktikan engkau telah berbohong dan saya telah berinvestasi pada orang yang tidak jujur, artinya saya telah gagal dalam investasi.” Kepala anak itu terayun bagaikan kelontong, ia mengatakan bahwa dirinya adalah yang terbaik, ia telah berlatih menyemir sepatu selama sebulan di rumah. Harus diketahui kalau di daerah pedesaan tidak banyak orang yang memiliki sepatu yang baik, ia pun pergi ke satu demi satu rumah untuk meminta sepatu mereka agar dapat disemirnya sampai bersih dan mengkilap. Beberapa menit kemudian, terlihat sepatuku sudah mengkilap dan menyilaukan mata, saya menganggukkan kepala sebagai tanda puas atas hasil kerjanya. Saya mengeluarkan pulpen merah dari saku dan menuliskan dua kata berukuran besar pada kedua pipinya: “Paling Bagus.” Anak itu tertawa senang. Kebetulan pada saat itu, ada satu unit bus berukuran sedang yang membawa turis tiba di depan hotel, ia dengan cepat berlari ke sana dengan membawa kotak semirnya, sambil menunjuk pada pipinya, ia mengatakan kepada satu persatu tamu yang turun dari bus: “Ini adalah kata penghargaan dari pelanggan, apakah anda ingin mencobanya? Saya akan membuat sepatu anda mengkilap bagaikan cermin.” Dengan cara ini, anak itu menjadi sibuk sekali.

Keesokan harinya, saya datang kembali ke hotel itu dan melihat anak itu sejak pagi-pagi telah berjaga-jaga di sana, ia dengan gembira mengatakan kepadaku bahwa kemarin ia mendapatkan uang 50 dolar, setelah dikurangi dengan cicilan pinjaman sebanyak 18 dolar kepadaku dan biaya makan sebanyak 3 dolar, keuntungan bersihnya masih ada 29 dolar. Saya menepuk kepalanya dan memberi pujian kalau ia telah melakukannya dengan baik.

Ia mengatakan kalau semalam tidak tidur di bawah jembatan, tetapi tinggal di tempat penginapan umum, tetapi ia tidak perlu membayar biaya inap sebesar 5 dolar. Saya sedikit bingung, bagaimana tidak perlu membayar biaya inap? Pada saat ini, anak itu tersenyum dengan bangga: “Saya membantu pemilik tempat penginapan dan istrinya untuk menyemirkan sepuluhan pasang sepatu, jadi malam ini saya juga bisa menginap lagi secara gratis.”

5 hari berlalu dengan cepat dan saya harus meninggalkan kota ini, selama 5 hari ini, anak itu mencicil 18 dolar setiap hari dan berhasil melunasi utang pinjamannya sebesar 90 dolar. Anak itu tahu kalau saya menjabat sebagai manajer di salah satu perusahaan investasi di Beijing, ia mengatakan bahwa saat lulus dari perguruan tinggi nanti, ia akan pergi ke Beijing untuk mencariku, sehabis mengatakannya lalu mengulurkan tangan kecilnya yang hitam, saya juga mengulurkan tangan saya, dua tangan kami pun saling menggenggam.

Waktu berlalu dalam sekejap dan 15 tahun telah lewat.

Saya telah meninggalkan perusahaan investasi tempat semula saya bekerja dan membuka sebuah perusahaan perdagangan sendiri. Hari itu, saya sedang sibuk di kantor, sebab perusahaan kehilangan satu lot barang yang berjumlah banyak akibat kecelakaan, akibatnya timbul kesulitan modal kerja pada perusahaan dan semua pihak datang untuk meminta pelunasan utang. Beberapa saat setelah saya menaruh telpon, sekretaris masuk dan mengatakan bahwa ada seorang pemuda yang mengundangku untuk makan siang, saya bertanya siapa itu tanpa mendongakkan kepala, sekretaris mengeluarkan satu gantungan kunci dan meletakkannya di atas meja saya, melihat gantungan kunci ini, seketika saya terpana, pada gantungan kunci itu ada satu boneka kaca bentuk beruang kecil, pada dahi boneka beruang itu ada terukir tulisan: “Aku adalah yang paling bagus.”

Saya segera teringat kalau gantungan kunci ini adalah hadiah perpisahan yang saya berikan pada anak tukang semir sepatu itu ketika berjabatan tangan dengannya pada 15 tahun yang lalu.

Pada siang harinya, ketika saya masuk ke restoran, saya menemukan seorang pemuda berpakaian jas rapi dan terlihat sangat gagah yang berdiri di samping meja tempat kami berjanji untuk bertemu. Sambil tersenyum, ia membungkukkan badan sedikit ke arahku. Dari wajahnya, saya bisa menemukan bayangan dari seorang anak tukang semir di kala itu. Ketika sedang minum teh, ia mengeluarkan selembar cek senilai 5 juta dolar dan berkata kepadaku: “Saya ingin berinvestasi pada perusahaan anda, anda kembalikan pada 5 tahun mendatang dengan keuntungan dari perusahaan anda.”

5 juta dolar, benar-benar bantuan yang tepat pada waktunya!

Pemuda itu berkata sambil tersenyum: “Pada 15 tahun yang lalu, anda mengajari saya cara untuk bertahan hidup melalui hipotek. Sejak kotak semir itu, saya berhasil mengumpulkan satu demi satu usaha. Sekarang saya sudah punya perusahaan sendiri, saya juga berhak atas bunga pinjaman untuk investasi 5 juta dolar ini.”

Saya mendongakkan kepala dan bertanya berapa banyak yang diinginkannya, ia menjawab dengan tenang: “1 dolar.” Saya menyandarkan diri pada kursi dan wajahku pun tersenyum. 90 dolar mendapat 5 juta dolar sebagai imbalan, inilah adalah investasi paling sukses dalam karir saya.

Kesuksesan bukan tergantung pada seberapa banyak yang anda miliki, lebih penting adalah seberapa banyak anda telah membantu orang lain! Ada seberapa banyak orang yang tumbuh berkembang karena tergugah hatinya oleh diri anda.

#Berpikir...

No comments:

Post a Comment